Buka Acara Bedah Buku, Walikota Baubau Bicara Soal ‘Martabat Tujuh’

TerawangNews.com, BAUBAU – Buton telah mengembangkan nilai dan tata kehidupan tersendiri yang mampu eksis sebagai kesultanan hingga bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai dan tata kehidupan tersebut dihimpun dalam kitab “Martabat Tujuh” sebagai konstitusi dan pedoman perilaku masyarakat Buton agar terhindar dari perpecahan yang lebih luas.

Demikian dikatakan Wali Kota Baubau, Dr. H. AS Tamrin, MH., dalam sambutannya pada acara pembukaan Bedah Buku Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anti Korupsi Dalam Kearifan Buton dan Mekanisme Adat Pengangkatan Sultan Buton dan Peran Lembaga Adat Kesultanan Buton Dalam Pembangunan Daerah di Sulawesi Tenggara di salah satu hotel di Baubau, Selasa (8/12/2020).

Melalui sambutannya AS Tamrin menjelaskan, nilai-nilai yang terkandung dalam kitab “Martabat Tujuh” selama ini telah mengatur hubungan sosial masyarakat Buton. Nilai-nilai tersebut tidak hanya mengatur hubungan antar individu dalam masyarakat, tetapi juga mengatur hubungan rakyat dengan negara serta mengatur bagaimana suksesi kepemimpinan.

“Sebagian nilai yang menonjol tersebut dalam kepemimpinan adalah penilaian karakter calon Sultan dan karakter Sultan setelah menjabat sebagai Sultan. Jabatan Sultan di Buton tidak diturunkan atau dengan kata lain suksesi kepemimpinan di Buton tidak mengenal Putra Mahkota,” jelas AS Tamrin.

Ditambahkan, masa jabatan Sultan tidak dibatasi, tetapi pelaksanaan jabatan penuh dengan rambu-rambu semua aturan. Kriteria Sultan diserahkan pada satu dewan yang disebut “Siolimbona”. Dengan demikian, kontrol terhadap perilaku serta moral Sultan sangat kuat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Lebih lanjut orang nomor satu di Kota Baubau ini menjelaskan, perilaku tersebut dinilai dari ketajaman sufi para anggota Siolimbona dalam meramalkan calon Sultan dan mengevaluasi Sultan yang sementara menjabat. Dari ramalan tersebut dapat diperoleh tanda-tanda kepemimpinan. Selain itu, keadaan kesultanan juga menjadi kriteria penilaian terhadap keberhasilan Sultan dalam memimpin.

“Jika keadaan kesultanan penuh dengan kesulitan kemarau dan huru-hara, maka tanda sultan tidak diterima oleh alam dan dewan Siolimbona tidak segan-segan akan memecat sultan. Nasib yang sama juga akan menimpa calon atau sultan yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan adat,” ujarnya.

AS Tamrin juga mengungkapkan, penanaman nilai-nilai budaya lokal Buton terintegrasi pada salah satu pembinaan karakter yang sebagian nilainya sangat terkait dengan gerakan anti korupsi. Pasalnya, masyarakat Buton memiliki rasa malu dan mengambil hak orang. Bahkan bila melihat barang pihak lain yang tertinggal atau tercecer, maka wajib hukumnya dikembalikan.

Menurut AS Tamrin, nilai-nilai tersebut telah tertanam sejak dini, karena semua generasi muda Buton harus melewati sebuah sistem pendidikan yang dikenal dengan pendidikan “toba”. Pendidikan “toba” tersebut memberikan sumbangsih besar bagi pembentukan karakter manusia Buton. Toba mengajarkan manusia untuk menghargai dan tidak merampas hak-hak orang lain.

“Toba ini ditanamkan sejak dini dan terus menjadi bahan nasehat bagi orang-orang yang dianggap melakukan penyimpangan perilaku. Materi pendidikan “toba” adalah kontrol bagi manusia Buton untuk selalu menjaga pikiran, sikap, dan perilakunya agar tidak menyimpang dari nilai-nilai moral etika dan agama,” imbuhnya.

Atas nama pemerintah Kota Baubau H. AS Tamrin menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memfasilitasi kegiatan serta topik yang diangkat dalam Bedah Buku tersebut. Ia juga menilai, Bedah Buku yang dilaksanakan di Kota Baubau itu merupakan upaya untuk mendukung pelestarian budaya dan kearifan lokal.

“Hal ini menggambarkan komitmen dan sinergitas antara pemerintah Kota Baubau dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau dalam upaya mewujudkan pelestarian budaya dan kearifan lokal Buton. Kota Baubau terus berupaya untuk mengembangkan potensi budaya dan pariwisata dengan baik hal ini didukung oleh adanya objek kebudayaan pelestarian dan pengenalan nilai-nilai kearifan lokal Buton,” pungkasnya.

Untuk diketahui, kegiatan Bedah Buku tersebut diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Baubau melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Baubau dan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.

Sumber: Facebook Pemkot Baubau

(al) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *