TERAWANGNEWS.com, BUTON – Pakaian Anggota Paskibraka Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak seragam saat melaksanakan tugas mengibarkan dan menurunkan Bendera Merah Putih pada HUT RI ke-80, Minggu (17/8/2025) kemarin.
Hal itu terlihat dari pakaian yang dikenakan Anggota Paskibraka, dimana pasukan atau kelompok 17 dan 45 menggunakan seragam sekolah (SMA), sementara pasukan 8 serba putih sebagaimana layaknya Anggota Paskibraka pada umumnya.
Terkait itu, Camat Siotapina, Muh. Ridwan mengatakan, ketidakseragaman itu bukanlah faktor kesengajaan, tapi karena keterbatasan anggaran.
“Itu bukan kesengajaan tapi karena memang anggaran terbatas,” katanya saat dikonfirmasi melalui telepon WhatsApp, Senin (18/8/2025) pagi.
Mengenai pakaian kelompok 8 lanjut Ridwan, itu pakaian Paskibraka tahun 2013 lalu, dimana pengadaanya saat Ia masih menjabat sebagai Sekcam Siotapina.
“Jadi saya dulu pernah sekcam di zamannya Pak Kasim, pakaian kelompok 8 itu pengadaannya tahun 2013. Syukurnya pakaian kelompok 8 itu masih dipelihara oleh teman-teman TNI sehingga masih bisa dipake,” ungkapnya.
Lebih lanjut Ridwan mengatakan, khusus pakaian pasukan 17 dan 45, pihaknya hanya mampu membelikan pakaian putih lengan panjang, sumber dananya dari partisipasi pemerintah desa dan sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Siotapina.
“Jadi selama ini diluar baju kelompok 8 itu, yang kami danai itu dari partisipasi pemerintah desa dan sekolah-sekolah, hanya itu yang kita mampu,” sambungnya.
“Total dana yang terkumpul semua dari partisipasi itu sekitaran 24 juta, itulah yang kami kasih uang ke mereka 100 ribu, mereka yang beli baju lengan panjang sendiri, dan itu baju tidak ditarik untuk kenang-kenangannya mereka karena tidak ada uang saku,” lanjut Ridwan.
Ia pun mengakui, ketidakseragaman itu menjadi sorotan setiap tahunnya.
“Saya jadi Camat ini tahun 2022 dan rupanya pakaian kelompok 8 itu-itu saja, dan itu saya akui jadi sorotan setiap tahun,” imbuhnya.
Ridwan menambahkan, dari total 24 juta dana yang terkumpul dari partisipasi itu, tidak mampu untuk mendanai pakaian Paskibraka, karena anggaran itu sudah terbagi-bagi seperti untuk biaya makan minum saat latihan, termasuk konsumsi di hari H dan sejumlah aksesoris yang dipakai Anggota Paskibraka.
“Beban kami punya anggaran untuk Paski sekitar 24 jutaan, yang bikin bengkak anggarannya baju lengan panjang dan snack anak-anak latihan setiap hari pagi sore. Belum lagi beban make up dan aksesoris di hari H nya, kemudian di hari H itu kita kasih konsumsi juga harganya 30 ribu per porsi,” jelasnya.
Ditanya soal upaya meminta bantuan dana ke Pemda Buton atau pihak lain lewat proposal? Ridwan mengaku tidak sempat lagi.
“Tidak sempatmi ajukan proposal,” pungkasnya. (Adm)