TERAWANGNEWS.com, JAKARTA – Sistem pemilu proporsional tertutup atau sistem coblos partai kembali menjadi sorotan publik baru-baru ini.
Hal ini terjadi lantaran Ahli Hukum Tata Negara, Denny Indrayana mengaku mendapat informasi enam hakim Mahkamah Konstitusi (MK) akan setuju mengembalikan ke sistem proporsional tertutup (coblos partai) usai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu sistem Proporsional Terbuka digugat.
Mayoritas atau delapan parpol di DPR telah menyatakan sikap menolak sistem proporsional tertutup. Bahkan, mereka sampai mengadakan pertemuan khusus membahas ini pada Selasa (30/5/2023).
Dari delapan parpol itu, hanya PDIP satu-satunya partai yang setuju sistem proporsional tertutup diterapkan lagi.
Sikap PDIP mendukung sistem proporsional tertutup ini merupakan salah satu hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDI Perjuangan yang digelar Januari 2020 lalu.
Pengamat Politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo memprediksi PDIP akan mengalami kenaikan suara signifikan di Pemilu 2024 bila sistem proporsional tertutup diterapkan. Ia mengatakan suara PDIP bisa naik hingga 25-27 persen atau separuhnya di pemilu dengan sistem ini.
“Karena mereka sudah siap, sehingga kemungkinan besar ada probability suara PDIP akan naik signifikan. Bisa lebih 20 persen bisa 25-27 persen mereka minimal bisa dapat,” kata Karyono, Rabu (31/5/2023).
Karyono mengatakan sistem pemilu sistem proporsional tertutup menjadi keuntungan utama PDIP di Pemilu 2024 ketimbang sistem pilih Caleg.
Karyono mengatakan kondisi ini tak lepas dari PDIP yang memiliki modal untuk menggunakan sistem proporsional tertutup. Keuntungan pertama, ia mengatakan PDIP memiliki kekuatan dalam identitas partai atau party id.
Sistem Pemilu Proporsional Tertutup & Sederet Ancaman untuk Demokrasi
Kekuatan ini bercirikan PDIP memiliki infrastruktur partai dari pusat hingga daerah yang rapi dan berjalan baik. Infrastruktur ini di antaranya didukung oleh sistem kaderisasi dan disiplin partai yang mumpuni.
“Jadi mereka sudah punya modal ini. Ya sangat confident sehingga bisa dongkrak suara partai lebih signifikan lagi,” kata Karyono.
Faktor kedua, ia mengatakan PDIP memiliki figur partai yang kuat pula untuk melengkapi identitas partai. Figur partai, kata dia, terletak pada kekuatan sosok Ketua Umum PDIP Megawati yang memiliki ketokohan mumpuni.
Ketokohan dalam suatu partai, lanjutnya, memiliki peran signifikan untuk merebut suara pemilih.
“Disiplin kader, sistem kaderisasi dan ketokohannya juga memang paling siap. Karena hanya partai dengan kombinasi party id dan figur id yang kuat, pasti diuntungkan dari sistem ini ya,” kata dia.
Di sisi lain, Karyono mengatakan PDIP satu-satunya partai yang memiliki kesiapan untuk menghadapi sistem proporsional tertutup. Selain PDIP, ia menilai PKS sebetulnya menjadi parpol yang memiliki karakteristik serupa seperti PDIP. Namun, ia berpendapat PKS belum terlalu signifikan perolehan suaranya dalam pemilu selama ini.
“Makanya PKS sementara ini belum cukup siap untuk proporsional tertutup, mereka masih memilih [proporsional] terbuka,” kata dia.
Di sisi lain, pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga berpendapat PDIP tetap kukuh mendukung pemilu proporsional tertutup untuk mengembalikan kontrol penuh partai terhadap para anggota legislatifnya.
Jamaluddin berkaca banyak kader PDIP yang senior dan loyal terhadap partai terpental dari kursi Senayan bila sistem proporsional terbuka diterapkan.
“Kader yang sudah mengabdi dan loyal dan punya kemampuan tapi tak bisa duduk di Senayan karena disalip pendatang baru yang andalkan popularitas,” kata Jamiluddin.
Jamiluddin mengatakan nantinya partai mutlak memiliki kewenangan untuk menentukan kader-kadernya duduk di parlemen. Sementara sistem proprosional terbuka hanya didasarkan pada caleg yang memiliki suara terbanyak.
“PDIP mungkin risih karena tak bisa mendorong caleg yang mereka nilai berkualitas yang loyal terhadap mereka ketika sistem terbuka diterapkan,” kata Jamiluddin.
Senada dengan Karyono, Analis Politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago memprediksi potensi kemenangan PDIP makin besar bila sistem proporsional tertutup diberlakukan di Pemilu 2024.
Bahkan, ia berpendapat naiknya suara PDIP ini kemungkinan akan membunuh partai-partai kecil yang institusionalisasi partainya masih lemah.
“Jadi keinginan PDIP untuk membabat partai-partai kecil ini, partai-partai baru [lewat sistem tertutup]. Ya kalau semua partai kecil dibunuh, partai tengah bisa terdampak,” kata Pangi.
Pangi mengatakan PDIP kini sangat percaya diri memenangkan Pemilu 2024 dengan sistem proporsional tertutup. PDIP, kata dia, merupakan kader berbasis kader yang tak terlalu mengandalkan ketokohan atau figur.
Sementara itu, ia menilai banyak partai lainnya kini masih mengandalkan figur atau ketokohan untuk meraih suara.
“Apalagi mereka partai-partai kecil baru ini berbasis figur, berbasis vote getter, partai figur. Nah, PDIP ini sistem massa. Nah, itu mereka bisa terancam,” kata Pangi.
Editor: Tim Redaksi
Sumber: CNN Indonesia