Dua Unit MCK di Buton di Bangun di Kebun Tak Berumah, Ketua KSM: Kata Dinas PU yang Penting Ada KK dan Lahannya

TERAWANGNEWS.com, BUTON – Dua unit tempat mandi cuci kakus (MCK) di Desa Ambuau Togo, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) dibangun di kebun-kebun warga setempat. Mirisnya, MCK yang dibangun itu tak memiliki rumah.

Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) MCK Desa Ambuau Togo, Martini mengatakan, dua unit MCK yang dibangun di kebun tersebut tidak diketahui oleh pihak Dinas PUPR Kabupaten Buton.

“Kurang tahu juga, memang dia (Dinas PUPR-red) tidak tahu titiknya dimana, hanya sudah disampaikan bahwa yang penting ada KK (kepala keluarga -red) nya, yang penting ada KK nya lahanya,” katanya melalui telepon, Jum’at (15/9/2023).

Meski begitu lanjut Martini, MCK yang dibangun di kebun tersebut tetap akan dilanjutkan pekerjaannya dengan alasan pemilik lahan/kebun sudah mau akan membangun rumah di situ (tempat pembuatan MCK).

“Dan sudah mau fondasi orangnya, sudah ada datang orangnya besok dia datang,” ujarnya.

“Satu saja kayaknya, satu yang dilanjutkan karena satunya juga masih diperantauan,” sambung Martini.

Ditanya berapa anggaran per unit pembuatan MCK tersebut? belum bisa disebutkan Martini karena ia belum mengecek anggarannya.

“Iya, belum,” katanya.

“Saya minta maaf, ini saya lagi meeting zoom KPN, ada rapat pendamping di desa,” tutup Martini.

Menanggapi hal itu, Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Buton, Asrul belum mau berkomentar banyak, karena masih akan mau mengecek lokasi pembangunan MCK tersebut.

“Sy mau cek lapangan dl bang,” katanya melalui WhatsApp, Sabtu (16/9/2023) pagi sekira pukul 08.11 WITA.

Sebelumnya diberitakan, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pembuatan MCK Desa Ambuau Togo, Martini mengatakan, dua unit MCK yang dibangun di lahan kosong tersebut sudah seizin dari pihak Dinas PUPR Kabupaten Buton.

“Itu sebenarnya bukan kebun, itu mau dibangunkan rumahnya, kemarin di rapat sebelum pelaksanaan ini pihak PU mengizinkan membangun itu yang penting satu, tanahnya bukan sengketa, kedua dia memang KK sudah menikah. Jadi diperbolehkan membangun, kan akan membangung rumah di situ,” kata Martini saat ditemui di rumahnya, Sabtu (9/9/2023) siang.

“Tapi namanya isu-isu di kampung, masyarakat tidak tau itu, tidak mungkin juga saya melaksanakan tanpa seizin dari PU,” sambungnya.

Untuk itu, demi menghindari isu agar tidak semakin meluas lanjut Martini, dua unit MCK yang baru sebatas pemasangan kloset dan galian lubang tersebut, maka pekerjaan kedua MCK itu tidak dilanjutkan.

“Jadi daripada banyak isu-isu yang tidak jelas, sekarang yang dua itu dipending, dibuatkan berita acara, dihilangkan begitu dibatalkan, dengan catatan yang punya lahan kan keberatan daripada dibuka mereka dia bayar ganti rugi harga kloseknya saja,” jelasnya.

“Jadi sisa 73, tadinya itu mau digantikan ke tempat lain juga tapi sama saja mau gantikan kesiapa semua sudah, kalopun mau digantikan seperti KK yang belum punya rumah, ada tapikan tidak mungkin seperti itulagi,” katanya lagi.

Martini juga mengatakan, dari seluruh MCK yang akan dibuat, belum ada satupun yang telah selesai dikerjakan, karena dikerjakan secara bertahap. Dan mengenai kapan  pencairan tahap kedua pekerjaan tersebut, ia belum tahu pasti.

“Jadi begini, inikan bertahap toh, jadi tahap kedua itu belum cair, jadi mgkin itu keterlambatannya. Wallauhalam juga kalo itu, sudah sampaikan juga tapi katanya (Dinas PU-red) aplikasinya belum terbuka,” ungkapnya.

“Sebenarnya bahannya itu sudah menyebar semua, tapikan ada beberapa orang ini mereka mau gali sendiri supaya mereka juga dapat disitu, ada biaya penggalian, biaya penggalian itu kalo dari dinas itu 60 ribu per lubang,” sambung Martini yang juga merupakan Sekdes Ambuau Togo itu.

Sayangnya, saat ditanya berapa anggaran per unit atau total anggaran keseluruhan pembuatan MCK yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2023 itu, Martini tak tahu menahu, karena mengenai jumlah anggaran tersebut belum dirapatkan.

“Saya tidak tau juga. Belum, belum soalnya belum rapat soal itu,” katanya.

Kemudian saat ditanya kembali dimana ia membeli material bahan pembuatan MCK tersebut? jawaban Martini terkesan tidak konsisten.

“Kita pesan, saya, mereka (Dinas PU-red) beri jalan, karenakan di Baubau itu tidak ada, otomatis kita pesannya dari luar kota, semua kita pesan di toko yang di Baubau itu,” pungkasnya.

(al)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *