La Bakry Bicara, Visi Misi Menjadikan Buton sebagai Kawasan Bisnis dan Budaya Terdepan, Dapat Menyerap Tenaga Kerja, hingga Peningkatan PAD

Bupati Buton La Bakry

TERAWANGNEWS.COM, Buton – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton, Sulawesi Tenggara dibawah kepimimpinan La Bakry dan Iis Elianti selaku Bupati dan Wakil Bupati hingga saat ini terus menggenjot agar Visi Misi Menjadikan Buton sebagai Kawasan Bisnis dan Budaya Terdepan bisa terwujud.

Upaya tersebut kini mulai membuahkan hasil. Hal itu ditandai dengan adanya persetujuan Pemerintah Pusat dalam hal ini Presiden Jokowi dan seluruh Menteri jajaran yang menjadikan aspal sebagai salah satu lokomotif pembangunan kawasan industri dan sebagai basis kawasan bisnis terdepan di kawasan Buton dan sekitarnya.

“Hari ini sudah kita mulai, dengan dimulainnya persetujuan pemerintah Bapak Presiden dan seluruh Menteri jajaran Kabinet Kerja kedua ini dengan menjadikan aspal itu sebagai salah satu lokomotif pembangunan kawasan industri dan sebagai basis kawasan bisnis terdepan di kawasan Buton dan sekitarnya,” kata La Bakry, Selasa (16/2/2021).

Diungkapkan La Bakry, Visi Misi tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak 2012 lalu, ketika itu Samsu Umar Abdul Samiun masih menjabat sebagai Bupati Buton dan dirinya (La Bakry-red) sebagai Wakil Bupati untuk periode 2012-2017. Begitupula, pada periode kedua yaitu 2017-2022.

“Sejak awal, Visi Misi ini sejak tahun 2012 Umar-Bakry itu telah memulai dan melakukan langkah-langkah konkrit dengan memasukannya konsep itu dalam RPJMD pasca terpilih. Kemudian di periode kedua 2017-2022, sama konsep itu dilanjutkan,” ujarnya.

Terkait itu, saat ini sudah ada beberapa industri yang mulai memproduksi aspal di Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu dan sekitarnya, antara lain yaitu PT Kartika Prima Alam dan yang dibangun sendiri oleh mantan Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun.

“Hari ini geliat pembangunan aspal sudah terjadi di sana (Desa Lawele dan sekitarnya), salah satu industri yang mulai pabrik yaitu PT Kartika Prima Alam, dan mereka sudah siap di launching. Kemudian, yang dibangun sendiri oleh Bupati Senior Umar Samiun yang sudah siap juga. Nah beberapa lainnya juga akan menyusul,” bebernya.

Menurut orang nomor satu di Kabupaten Buton ini, apabila kawasan industri sudah terpasang dan material aspal itu sudah terpakai, baik untuk kebutuhan industri maupun sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk menjadikan aspal Buton dipakai di seluruh Indonesia, termasuk arahan Menteri Dalam Negeri untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan di seluruh Indonesia menggunakan aspal Buton. Maka, otomatis geliat gerak pertambangan dan arus transportasi aspal Buton dari Buton ke seluruh wilayah Indonesia akan meningkat.

“Nah, kalo meningkat, tentu akan menyerap tenaga kerja baik lokal maupun tenaga ahli yang datang dari luar, maka secara otomatis akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah,” jelas La Bakry.

Selain itu, apabila kawasan tersebut telah berkembang dan industrinya mulai berjalan, lanjut Politisi Golkar ini, maka sudah pasti banyak orang yang akan berkumpul di sana (kawasan industri-red), sehingga konsumsipun ikut meningkat. Mulai dari sektor perikanan, pertanian dan pangan, bisa mensuplai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di kawasan industri dan sekitarnya.

“Sehingga, tidak saja kawasan industrinya, sektor lainnya juga akan berdampak di sana,” ujarnya.

Dengan begitu, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga akan meningkat. Sehingga, kemampuan daerah untuk spending dalam rangka mendorong sektor pertanian, perikanan, dan lainnya akan lebih mudah dan makin terbuka.

“Yang paling dirasakan yaitu PAD akan meningkat, kalo meningkat seperti melalui industri pajak, retribusi dan sebagainya, maka kemampuan daerah untuk spending dalam rangka mendorong sektor pertanian, perikanan dan lainnya akan makin mudah, makin terbuka sehingga jalan-jalan tani bisa dibuka, produk pertanian bisa meningkat, perikan juga begitu, maka kehadiran industri atau kawasan bisnis itu akan berdampak luas dalam istilah ekonominya itu Multiplyer Effect, dampak penggandanya, keterkaitan kedepan maupun keterkaitan kebelakang,” terangnya.

Dilain sisi, berkaitan dengan Budaya Terdepan, Pemkab Buton sudah 7 kali menyelenggarakan Festival Budaya Tua Buton dan telah mendapatkan pengakuan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hanya saja memang tambah La Bakry, saat ini kegiatan serupa belum bisa lagi dilaksanakan akibat pandemi Covid-19. Namun, itu bukan berarti berhenti sampai disitu saja, tapi tetap akan dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.

“Berkaitan dengan budaya terdepan, sudah 7 kali kita menyelenggarakn Festival Budaya Tua Buton dan telah mendapat pengakuan baik nasional maupun internasional, hanya saja kegiatan ini tidak bisa kita lanjutkan akibat pandemi Covid-19 dan ini tidak akan berhenti akan lanjutkan terus, karena menjadikan Buton sebagai kawasan bisnis itu akan menjadi lokomotif ekonomi wilayah Kepulauan Buton dan sekitarnya. Kemudian, berkaitan dengan budaya ini adalah identitas ke-Butonan yang kita berharap tetap menjiwai seluruh langkah dan gerak pembangunan Buton dan Kepulauan Buton pada masa yang akan datang,” kata suami Delya Montolalu ini.

Mencontoh dari beberapa negara seperti Korea dan Jepang, masih kata La Bakry, dimana kedua negara tersebut, maju secara ekonomi melalui industrinya, tetapi budayanya juga tetap dipertahankan.

“Nah, kita berharap kemajuan sektor ekonomi, pendidikan, dan industri, budaya Buton itu juga harus tetap menjiwai,” harapnya.

Soal bagaimana mempertahankan budaya itu agar tetap ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakat? Pemkab Buton tidak hanya menyelenggarakan Festival Budaya Tua saja. Namun, yang tidak kalah penting menurut La Bakry adalah, membangunan sarana dan prasarana budaya itu sendiri, hingga ke pelosok desa seperti Baruga. Sebab, di Barugalah nilai-nilai budaya itu banyak didiskusikan dan dipraktikan.

“Nah Baruga ini hampir semua desa yang punya lembaga adat kita buatkan, setiap tahun kita lakukan penambahan, tentu sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, akan tetapi setiap tahun ada penambahan Baruga sebagai infrastruktur adat yang kemudian bisa digunakan oleh tokoh-tokoh adat dalam bermusyawarah maupun praktik-praktik adat, tetapi lebih dari itu sebetulnya tidak hanya secara fisik tetapi harapan kita adalah nilai-nilai Buton itu betul-betul terimplementasi dalam sikap dan prilaku seluruh masyarakat Buton, baik yang ada di Buton maupun di luar Buton, sehingga identitas ke-Butonan itu bisa jadi kebanggan sebagai sumbangan dari budaya nasional Indoensia,” pungkasnya.

(al) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *