10 Muharam, Pemda Buton Gelar Tradisi Islam “Pekandeana Ana-Ana Maelu”

TERAWANGNEWS.com, Buton – Pemda Buton kembali menyelenggarakan tradisi Islam “Pakandeana ana-ana maelu” atau tradisi memberi makan dan menyantuni anak yatim piatu di Hari Asyura 10 Muharram, Senin (8/8/2022). Sebanyak 70 anak yatim piatu mengikuti pelaksanaan tradisi sakral ini di Aula Rujab Bupati, Pasarwajo.

Ini sudah kali kedua dilaksanakan Pemda Buton sejak tahun 2021 dalam rangka melestarikan adat istiadat yang baik, yang sudah turun temurun terpelihara sejak masa Kesultanan Buton ratusan tahun yang lampau (Sekira Tahun 1500 Masehi) dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Acara sakral ini dihadiri oleh yang mewakili Bupati Buton, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Kabupaten Buton Alimani, segenap Perangkat Mesjid Agung Keraton Buton, para Kepala OPD, Kabag, Camat, serta Lurah/ Kepala Desa se-Kecamatan Pasarwajo.

Ritual “Pakandeana Ana-Ana Maelu” diawali dengan membasuh muka anak yatim piatu dengan air gowa yang telah didoakan, kemudian disuapi dengan makanan yang disiapkan pada talang adat Buton dan diberi minum air asyura. Setelah itu diusap ubun-ubunnya sebanyak 3 kali dengan minyak gowa dengan niat agar anak tersebut diberi umur panjang, lancar rezeki yang halal dan kokoh imannya dalam Islam dan terakhir diberi santunan.

Dalam sambutannya, Alimani memberikan penghargaan yang tinggi atas kehadiran Perangkat Sara Masjid Agung Keraton Buton dalam kegiatan tersebut.

Lebih lanjut, Asisten 1 mengungkapkan pelaksanaan tradisi Islam Pakandeana Ana-Ana Maelu ini merupakan wujud pelestarian budaya Buton yang selaras dengan visi Kabupaten Buton di bawah kepemimpinan Bupati La Bakry dan Wakil Bupati Iis Elianti yaitu menjadikan Kabupaten Buton sebagai kawasan bisnis dan budaya terdepan.

“Ini bagian dari tradisi yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Nah zaman sekarang, kita di Pemerintah Kabupaten Buton, tradisi seperti ini tentunya sangat mengilhami di dalam pelaksanaan pembangunan dan itu bagian kita melestarikan budaya sesuai dengan visi Kabupaten Buton yaitu menjadikan Buton sebagai kawasan bisnis dan budaya terdepan,” katanya.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Kabupaten Buton menjelaskan, Pemda Buton sangat melestarikan budaya melalui penyelenggaraan beberapa tradisi yang telah lama dipegang teguh oleh masyarakat Buton pada Pelaksanaan Festival Pesona Budaya Buton, namun karena pandemi Covid-19 dua tahun terakhir, kegiatan tersebut tidak dapat terlaksana.

“Harapan saya tentunya tradisi Pakandeana Ana-Ana Maelu seperti ini adalah sesuatu hal yang sangat positif dan kita harus kembangkan dan terus kita lestarikan,” tuturnya.

Sementara itu, Lakina Agama Masjid Agung Keraton Buton, Drs. H. La Ode Zulkifli mengungkapkan, sangat mengapresiasi komitmen Pemda Buton yang terus memelihara budaya dengan menggelar tradisi Islam “Pakandeana ana-ana maelu” pada 10 Muharram.

“Rasululllah SAW telah memberi contoh dan teladan termasuk memperhatikan anak yatim. Negeri Butuni adalah negeri yang dibangun dengan landasan keimanan keislaman yang tinggi sehingga sangat memperhatikan hal-hal seperti ini. Sejak 500 tahun lalu peristiwa atau acara menyantuni anak yatim seperti ini telah dilaksanakan sejak era Kesultanan Buton. Namun kemudian tenggelam, dan untung masih ada orang-orang yang tetap melestarikan tradisi ini dari rumah ke rumah sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri mereka,” jelasnya.

Padahal kita umat Islam, lanjut beliau, memberi simbol anak yatim dan Rasulullah SAW dengan dua jari karena Rasulullah jalan beriringan dengan anak yatim masuk dalam surga.

Sara Mesjid Agung Keraton Buton berharap kegiatan positif ini dapat terus terlaksana di masa-masa yang akan datang.

“Karena itu kami segenap perangkap Mesjid Agung Keraton Buton mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buton yang dilaksanakan sudah dua tahun berturut-turut. Mudah-mudahan ini akan menjadi lestari adatnya, siapapun pimpinannya yang ada di Kabupaten Buton ini. Siapa tahu ke depannya bisa memberikan kecerahan lahir dan batin buat kita yang ada di Kabupaten Buton, terutama aparat dan masyarakatnya, dan orang-orang yang mempunyai kemampuan. Orang yang sedikit kemampuannya lebih dari yang lain, bisa kemudian menyisihkan untuk bersama-sama dengan kita, atau melakukannya di tempat lain namun mempunyai tujuan bersama menyantuni anak yatim piatu,” harapnya (***).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *